Thursday, February 22, 2007

URBAN THEORY

TEORI URBAN

Pada tahun 1960, urban terjadi kembali dan berhubungan drastis dengan modern yang memperhatikan fabric urban. Arsitek berfokus pada penciptaan kebebasan ‘obyek’ bangunan (misalnya Museum Guggensheim dan bangunan Seagram di New York) untuk 40 tahun, mulai merealisasi bahwa ada perlawanan yang diperuntukkan bagi obyek itu. Contohnya, fungsional penempatan dibawah semangat postmodern untuk pendekatan negatifnya pada perencanaan.

KONTEKSTUALISME

Artikel milik Rowe dan Kottler ‘Kota Sekolah Tinggi’ menawarkan analisa pengaruh dan strategi desain yang masih ditetapkan pada beberapa sekolah arsitektur saat ini.

Ada bukti nyata Rome seperti yang dikatakan Rowe dan Kotler ‘mentalitas bricolage’, tidak masuk akal, tidak terpikirkan secara sistematis bahwa pertahanan mampu membahayakan keseluruhan hambatan dalam perancanaan urban. Mereka berusaha untuk menggunakan logika positif untuk sesuatu yang tidak pasti, seperti arsitektur dan desain urban.

Teknik grafik pada bacaan dikembangkan oleh Rowe dan sekolah Cornell yang menawarkan kamusdan syntax pada validitas yang berkelanjutan untuk menguraikan dan memahami kota.

TEORI MEMBACA DAN MENGARTIKAN

Dalam periode postmodern, semiologi juga mempunyai dampak pada persepsi kota, yang menunjukkan proses membaca letak kota sebagai teks. Memakai model bahasa untuk maksud yang diberikan dari hubungan antara obyek didalam kota.

Bahasa ditetapkan oleh arsitek postmodern sebagai cara pengkodean maksud arsitektural kedalam sistem.

Tschumi memilih penetapan aspek yang berbeda dengan bahasan Barthes tentang kota yang memperhatikan ‘dimensi erotis’ pada kota yang diidentifikasi sebagai pusat kota yang memegang keluasan. Semiologi Barthes dan urbanisme serta le plaisir du texle merupakan pengaruh jelas pada Tschumi, ‘keindahan pada arsitektur.’

IMAGE KOTA

Kritik pada post kota WWII, Lynch membutuhkan catatan visual yang memesan ungkapan manusia, kemampuan ber-image atau kemampuan untuk dibaca menjadi atribut penting yang diperhatikan oleh perancang urban dan arsitek sendiri yang berkenaan dengan isu komunikasi pada makna.

Barthes menuntut Lynch agar dapat menyelesaikan masalah semantik urban, tapi pada kenyataannya bahwa konsepsi pada kota lebih gestaltik daripada struktural.

URBANISME EROPA : NEORATIONALISME DAN TYPOLOGY

Rossi juga menuntut Lynch terhadap pendapatnya bahwa orientasi didalam kota berasal dari pengalaman, seperti monumental. Strukturalis berpendapat bahwa kota adalah menjelaskan keseluruhan repetisi pada komponen elemental. Dimana Rossi menyelidiki fungsi bentuk di kota-kota Eropa sebagai penyimpan memori kolektif.

Rossi juga mengingatkan simbol kota yang penting dalam memfokuskan kembali perhatian pada pendapat pembuat arsitektur dalam konteks urban, “pertentangan diantara utama dan umum, diantara individu dan kolektif, dicukupi dari kota dan dari konstruksinya, juga arsitekturnya.”

Rossi memperkenalkan kembali catatan tipologi sebagai alat analitik dan sebagai dasar rasional untuk proses desain pada transformasi.

No comments: